Pendekatan opresif militer di bawah komando Presiden Álvaro Uribe Vélez—ayahnya tewas dibunuh FARC— berhasil menewaskan sejumlah pemimpin penting FARC dan memaksa ribuan gerilyawan melakukan desersi. Dari berkekuatan 18 ribu orang, kini FARC hanya diperkuat 7.000 kombatan. Situasi politik regional mulai berubah. Kubu sosialis komunis yang dulu proletar kini menguasai peta politik di sejumlah negara tetangga, seperti Brasil, Argentina, dan Venezuela.
Perjuangan FARC telah menjadi agenda resmi negara tetangga. Dukungan pun terus menyusut hingga mereka terdesak ke pelosok negeri. ”FARC telah lelah dan memilih jalan damai. Apalagi setelah pemerintah Kolombia menewaskan banyak petingginya,” kata Nadia Bilbassy, Kepala Biro Al Arabiya di Washington, dalam program televisi The Diane Rehm Show di Amerika Serikat dua pekan lalu.